Rabu, 15 Juni 2011

TANYA JAWAB KERIS

METODE Tanya - Jawab seringkali menjadi cara mudah dan cepat untuk
memahami budaya keris. Peminat keris yang sering hadir dalam sarasehan
keris, rajin berdiskusi, dan memiliki kesempatan bertanya pada orang yang
dianggap lebih tahu, akan lebih cepat memahaminya.

Berikut kutipan dari buku Tanya Jawab Soal Keris dengan Bambang
Harsrinuksmo, penerbit Grafikatama Jaya, 1993. Beberapa bagian dari
kutipan ini telah disunting ulang dan ditambah.

Tanya: Apakah yang disebut keris, dan apa bedanya
dengan senjata tajam lainnya?
Jawab: Keris adalah salah satu senjata tradisional khas
Indonesia. Selain tersebar hampir di seluruh Nusantara,
budaya keris juga dijumpai di Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, Thailand Selatan, Kambodia (pesisir), dan
Filipina Selatan.
Perbedaan yang utama antara keris dengan jenis senjata
tikam lainnya, adalah bahwa keris dibuat bukan sematamata
untuk tujuan membunuh atau melukai orang lain. Keris
adalah benda seni yang dibuat dengan berbagai manfaat.

Tanya: Dilihat dari bentuk keris yang ujungnya runcing dan
tepi bilahnya tajam, bukankah tujuan utama pembuatan keris
untuk membunuh?
Jawab: Pendapat bahwa keris itu melulu sebagai alat
pembunuh, saya rasa dipengaruhi oleh sebagian buku yang
ditulis oleh orang barat, orang asing. Selain itu, berbagai
cerita dan legenda rakyat serta berbagai tutur tinular terlalu
melebih-lebihkan keris sebagai senjata pembunuh.
Padahal dalam budaya Jawa dan juga budaya Indonesia,
keris diperlakukan oleh pemiliknya bukan semata-mata
sebagai senjata secara fisik, melainkan senjata batiniah, alat untuk
pembangkit sugesti diri. Untuk sipat kandel, kata orang Jawa. Keris adalah
benda pusaka yang mempunyai kedudukan tinggi, jauh lebih tinggi daripada
sekedar sebagai alat pembunuh.
Kalau keris memang dibuat dengan tujuan melulu untuk membunuh atau
melukai orang lain, maka sang empu tentu tidak akan membuatnya begitu
indah dan apik. Dan, tentu tidak dibuat dengan bentuk condong, tunduk ke
depan, melainkan tegak seperti belati atau sangkur. Tentu keris tidak dibuat
setipis itu. Ketajaman dan runcingnya keris, juga memiliki makna filosofis
sebagai perlambang ketajaman hati pemiliknya.
Sekali lagi, keris bukan semata-mata senjata tajam. Ia juga merupakan benda
seni yang penuh perlambang, sarat dengan falsafah. Tentang hal ini, akan
diterangkan lebih jelas di bagian belakang nanti.

Tanya: Tetapi keris kan juga bisa dipakai untuk membunuh dan melukai
orang.
Jawab: Pisau dapur, bahkan silet pencukur kumis pun dapat dipakai untuk
membunuh dan melukai orang. Tetapi jelas, pisau dapur dan silet dibuat
orang, sama sekali bukan dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembunuh.

Tanya: Tetapi, bagaimana dengan cerita-cerita yang mengisahkan tentang
penggunaan keris sebagai alat bela diri, senjata secara fisik, dan sekaligus
sebagai alat pembunuh dalam perang atau pertikaian.
Jawab: Saya bukan menolak anggapan atau pendapat bahwa keris adalah
sebilah senjata. Yang saya katakan, keris bukan semata-mata berfungsi
sebagai senjata. Dan fungsi utamanya bukan senjata secara fisik, melainkan
senjata sipat kandel, atau penguat rasa percaya diri sang pemilik keris.

Tanya: Tadi disebutkan, keris dibuat dengan berbagai macam kegunaan. Apa
saja itu, dan coba terangkan sejelas-jelasnya.
Jawab: Keterangan yang jelas mengenai seluruh manfaat dan kegunaan keris
dapat Anda jumpai, setelah selesai membaca seluruh tanya-jawab ini. Tetapi,
sebagai awal dapat Anda ketahui bahwa salah satu kegunaan keris adalah
sebagai kelengkapan busana tradisional atau pakaian adat. Pada zaman dulu,
keris merupakan kelengkapan busana sehari-hari, bukan hanya di Pulau Jawa
dan Bali, juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Dulu, pada suku bangsa Jawa, keris bahkan dapat digunakan sebagai wakil
pribadi pengantin pria, disandarkan di pelaminan di samping pengantin wanita.
Hal ini dilakukan, bilamana pada saat pernikahan si pengantin pria
berhalangan hadir.
Sebagai tanda ikatan kekeluargaan, dalam tradisi keris keris juga dijadikan
kacing gelung atau cunduk ukel, yakni benda pemberian mertua pada
menantunya.
Kini, keris pada umumnya hanya dikenakan di lingkungan keraton, atau pada
acara-acara adat, misalnya acara penikahan.

Tanya: Benarkah keris itu bertuah? Dan, apakah sebenarnya tuah itu?
Jawab: Menurut saya, sebagian keris memang memiliki tuah. Tuah adalah
semacam manfaat ghaib, -- tidak terlihat tetapi dapat dirasakan, yang berasal
dari berkah Tuhan YME. Berkah atau berkat, atau barokah, itu dikaruniakan
Tuhan atas doa dan permohonan empu pembuat keris.
Anda tentu pernah mendengar tentang adanya orang sakit keras yang
kadang-kadang sembuh setelah minum air putih yang telah diberi mantera
oleh orang berilmu. Mantera atau mantra, pada dasarnya adalah doa atau
permohonan pada Tuhan. Jika doa itu dikabulkan, maka Tuhan akan
memberikan berkah pada air putih itu. Kata tuah, dalam bahasa Jawa sering
disebut dengan istilah angsar, atau daya luwih.

Tanya: Penjelasan Anda dapat saya pahami logikanya. Jika demikian,
tentunya tidak semua keris itu bertuah, karena tidak setiap doa atau
permohonan akan dikabulkan Tuhan, bukan?
Jawab: Betul. Tidak semua keris bertuah. Selain karena ada doa empu yang
tidak dikabulkan Tuhan, memang ada juga keris-keris yang dibuat asal
bentuknya bagus dan indah, tanpa permohonan apa pun, tanpa doa. Keris
yang begini biasanya tergolong keris muda, yang umurnya baru sekitar 100 -
150 tahun. Bisa juga keris tua, yang pada zaman dulu dibuat secara massal.
Keris yang tidak bertuah, pada umumnya memang hanya dibuat untuk
keperluan cindera mata, atau yang diperuntukkan bagi prajurit rendahan.

Tanya: Apakah yang dimaksud dengan berkat Tuhan itu sama dengan yang
dikatakan orang 'penunggu' keris?
Jawab: Tergantung dari apa yang dimaksudkan dengan istilah 'penunggu' itu.
Sebab, isi atau kekuatan ghaib dari sebuah keris tidak semuanya berupa
berkah. Ada juga jenis isi yang lain. Tetapi mengenai hal ini sebaiknya kita
bicarakan belakangan saja. Soal isi keris, yang dalam dunia perkerisan
digolongkan sebagai esoteri keris, tergolong soal yang berat. Jadi sebaiknya
kita bicarakan nanti saja.

Tanya: Sering orang memberikan penghormatan yang berlebihan pada
sebuah keris. Ada yang malahan menyembah dulu sebelum membuka bilah
keris dari warangkanya. Bagaimana ini? Apa pendapat Anda?
Jawab: Saya pribadi tidak setuju dengan cara semacam itu. Dalam agam
Islam, dan juga berbagai agama lainnya, manusia diciptakan Tuhan sebagai
makhluk yang paling tinggi martabatnya. Dan keris, bagaimana pun hebatnya,
tetap merupakan benda ciptaan manusia. Isinya, atau tuahnya, ada karena
permohonan manusia juga.
Namun sebagai benda yang membawa berkah Tuhan, rasanya wajar bila kita
menghormatinya, asal wajar, jangan sampai berlebihan.

Tanya: Lalu, bagaimana menurut Anda cara menghormati keris, secara tidak
berlebihan?
Jawab: Saya ambil contoh: Secarik kain berwarna merah, terkadang
digunakan sebagai lap dapur. Kain putih, sering dipakai sebagai sarung
bantal. Tetapi kalau dua carik kain itu dijahit, disambung, menjadi sebuah
bendera, maka kita tentu akan menempatkannya di tempat terhormat. Bahkan
pada upacara-upacara resmi, kita pun secara resmi memberi hormat pada
bendera itu. Namun, bukankah kita tidak perlu menyembah bendera itu?
Apa yang sesungguhnya kita hormati pada saat upacara bendera? Tentu
bukan dua cari kain merah dan putih, melainkan lambang kedaulatan tanah
air kita. Itulah penghormatan yang wajar menurut saya.

Tanya: Secara praktik, bagaimana cara yang wajar dan benar cara
menghormati keris, menurut Anda?
Jawab: Menempatkan keris tidak di sembarang tempat. Tidak menaruhnya di
dapur, di gudang, atau di garasi mobil. Simpanlah di tempat khusus, atau di
lemari di rak bagian atas. Cara memegangnya pun juga jangan seperti kalau
kita memegang golok pencacah daging atau pisau dapur.
Selain itu, dalam pergaulan dengan sesama penggemar keris, kita juga harus
memperhatikan semua etika yang berlaku dalam dunia perkerisan.

Tanya: Lalu, mengapa ada orang yang selalu menyembah dulu kerisnya
sebelum membuka keris dari warangkanya? Dan, bagaimana pendapat Anda
mengenai orang yang setiap malam Jumat memberikan sesaji, caos dahar,
dan mengasapi kerisnya dengan kemenyan?
Jawab: Saya pribadi tidak serta merta menyalahkan perilaku seperti itu.
Bagaimana pun, mereka berbuat seperti itu tentu karena mempunyai alasan
tertentu. Mungkin, mereka menyembah keris karena mengikuti atau
mencontoh perilaku yang diteladankan oleh orangtuanya, nenek moyangnya,
atau mungkin juga atas petunjuk guru spiritualnya. Kita kan tidak tahu. Atau
mungkin pula perilaku seperti itu memang sesuai dengan agama yang
dianutnya. Tetapi yang jelas, saya membedakan tindakan memberikan
wewangian pada sebilah keris, dengan tindakan pemberian sesaji atau caos
dahar.
Sesaji, selain dilakukan dengan cara menghidangkan berbagai jenis bunga
serta pembakaran kemenyan, seringkali juga disertai dengan suguhan
makanan tertentu, minuman tertentu, bahkan juga rokok dan madat. Boleh
atau tidaknya sesaji ini dilakukan, tergantung dari agama yang Anda anut.
Namun soal wewangian, itu soal lain. Soal wewangian dalam dunia
perkerisan, akan saya jelaskan kemudian.

Tanya: Apakah memiliki sebilah keris itu tidak bertentangan dengan agama?
Apakah keris tidak akan membuat pemiliknya menjadi seorang musyrik?
Jawab: Seharusnya tidak! Kalau Anda membaca buku sejarah, Anda tentu
tahu bahwa para ulama kita dulu hampir semuanya berjuang melawan
penjajah Belanda dan kezaliman penguasa dengan sebilah keris tergenggam
di tangan sambil menyerukan: Allahu Akbar!
Ingat! Kyai Maja, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar,
Panglima Sudirman, dan tokoh pejuang lainnya, berjuang dengan keris, badik,
atau rencong terselip di dada. Siapa yang berani mengatakan bahwa para
tokoh yang saya sebut itu sebagai seorang yang musyrik?
Kalau seandainya ada pemilik keris yang kemudian ternyata menjadi seorang
yang musyrik, orang itu sendiri yang salah. Janganlah hendaknya, keris
dijadikan kambing hitam.

Tanya: Tetapi timbulnya citra buruk mengenai keris, tentu ada sebabnya.
Tidak timbul berita saja. Rasanya tidak adil jika kita hanya menyalahkan
sebagian orang yang mempunyai pandangan buruk terhadap keris.
Jawab: Ya. Tentu ada sebabnya. Dan sebab yang paling utama adalah
kurang tersebarnya pengetahuan yang benar mengenai keris dan budayanya.
Yang banyak tersebar di masyarakat justru cerita-cerita yang tidak benar.
Cerita dan pandangan ngawur mengenai keris, membuat sebagian
masyarakat menjadi alergi dan menjauhi budaya keris.

Tanya: Tetapi mengapa pengetahuan mengenai budaya keris kurang
tersebar, dan kalah dari cerita-cerita yang dianggap ngawur itu?
Jawab: Pertama, karena sikap rendah hati nenek moyang kita. Pada zaman
dulu, orang yang berilmu justru tidak suka menonjolkan diri. Justru orangorang
yang tahu soal keris hanya setengah-setengah, lebih banyak tampil
sebagai panutan orang banyak.
Kedua, dulu ilmu perkerisan tergolong ilmu ingkang sinengker, yakni ilmu yang
tidak boleh diajarkan kepada sembarang orang. Untuk mengajarkan ilmu ini,
sang guru akan pilih-pilih murid, sehingga ilmu itu sulit menyebar. Sebaliknya,
ilmu perkerisan yang dimiliki orang yang setengah-setengah dengan mudah
dijadikan tutur tinular.
Ketiga, pada zaman dulu perkembangan ilmu dipusatkan di keraton. Tidak
mudah bagi masyarakat di luat tembok keraton untuk mengecap ilmu itu.
Keempat, kecenderungan sebagian masyarakat kita yang lebih suka
mendengar dongeng muluk-muluk atau yang seram-seram, daripada ilmu
yang benar tetapi tidak menyeramkan dan tidak muluk-muluk.
Kelima, kecenderungam sebagian masyarakat kita yang menganggap segala
hal yang berbau tradisional sebagai penghambat kemajuan.

Tanya: Apakah berbagai hambatan itu masih Anda rasakan hingga saat ini?
Jawab: Sekarang memang sudah berbeda. Ketika saya mulai mempelajari
ilmu perkerisan antara tahun 1978 sampai 1983 dulu, orang yang saya
anggap sebagai guru rata-rata umurnya sudah di atas 60-an tahun. Bahkan
dua orang di antaranya sudah lebih 70 tahun. Waktu itu, untuk mengajukan
pertanyaan saya harus bersikap hati-hati, jangan sampai kalimat tanya yang
saya ajukan dapat diartikan sebagai kalimat menguji. Mereka pun menjawab
pertanyaan saya dengan hati-hati, dan rendah hati, mungkin agar jangan
sampai saya mendapat kesan bahwan dia itu "sok tahu".
Walaupun tidak seketat pada zaman dulu, pada sekitar tahun 1980-an, ilmu
perkerisan juga tidak diajarkan pada sembarang orang. Batasannya tidak lagi
tembok keraton, melainkan hanya kesungguhan murid yang ingin belajar itu.

Tanya: Sekarang ini tentunya penyebaran ilmu perkerisan atau kerisologi
dapat dilakukan melalui penerbitan buku dan jaringan internet. Bukankah
demikian?
Jawab: Benar! Pendapat itu benar sekali. Tetapi penerbitan buku keris oleh
sebagian penerbit masih dianggap belum menguntungkan, karena peminat
keris jumlahnya terbatas. Sebenarnya nggapan ini tidak sepenuhnya benar,
karena ada beberapa buku saya yang sudah cetak ulang hingga 5 kali. Dan,
jaringan internet memerlukan biaya rutin, sedangkan yang kini sudah kami
mulai, pemasukannya masih merupakan tanda tanya.

Tanya: Adakah cara lain yang Anda anggap lebih tepat dan efektif untuk
penyebaran pengetahuan perkerisan?
Jawab: Untuk kuantitas peminat keris yang efektif adalah tulisan di media
massa dan siaran televisi. Sedangkan untuk kualitas peminat keris, yang
paling efektif menurut saya adalah sarasehan dan diskusi keris.

Tanya: Sekarang, saya tanya soal lain. Dalam cerita pewayangan, legenda,
atau cerita tutur, sering dikisahkan tentang adanya sebilah keris yang ampuh,
yang sakti. Seperti apakah keris yang ampuh itu?
Jawab: Cerita tentang kesaktian atau keampuhan keris dalam pewayangan,
atau dalam cerita tutur seringkali terlalu dilebih-lebihkan. Bagi saya, keris yang
ampuh adalah keris yang dapat mendatangkan manfaat bagi pemiliknya,
keluarga pemilik keris itu dan orang-orang di sekitarnya. Keris yang ampuh
adalah yang dirasakan manfaatnya, tanpa harus dicabut keluar dari
warangkanya.

Tanya: Saya mau tanya, tetapi jangan ditertawakan. Apakah tuah sebilah
keris selain dapat memperbaiki karakter manusia, juga dapat memperbaiki
nasib seseorang? Misalnya, seseorang yang tadinya hidup susah, setelah
mendapat keris tertentu, diharapkan nasibnya dapat berubah menjadi lebih
baik?
Jawab: Dapat!

Tanya: Ah, yang betul !!??
Jawab: Benar! Menurut pendapat saya, keris dapat mengubah nasib manusia,
tetapi tidak langsung. Jelasnya begini. Misalnya, seseorang hidupnya susah,
rejekinya seret, antara lain karena ia mengalami kesulitan dalam pergaulan,
pribadinya kaku, dan sifat nrimo-nya terlalu besar. Nah, dengan keris tertentu,
sifat-sifat buruknya, jika Tuhan mengizinkan, dapat diubah. Misalnya, karena
pengaruh tuah keris itu, sifatnya menjadi luwes dalam pergaulan, pribadinya
menjadi lebih menenangkan, dan sifat nrimo-nya luntur, sehingga ia mau
berjuang keras untuk masa depannya sendiri. Jika sifat-sidat pribadinya bisa
menjadi lebih positif, mungkin sekali nasibnya akan berubah.
Tetapi jangan sekali-sekali berpikiran bahwa tuah keris dapat mengubah nasib
sesorang secara langsung. Misalnya, setelah mendapat keris tertentu
seseorang akan langsung naik pangkat, atau mendapat rezeki besar.
Bayangkan saja, umpamanya, Walaupun kaca mata positif dapat membantu
seseorang yang menderita rabun dekat untuk membaca, orang yang buta
huruf tetap saja tidak bisa membaca walaupun ia mengenakan kaca mata
mahal. Jadi, kaca mata itu hanya membantu kemampuan penglihatan, dan
bukan akan membuat seorang bodoh menjadi pintar.

Tanya: Saya pernah ditawari orang, sebuah keris yang katanya dulu pernah
dimiliki oleh Gajahmada, Mahapatih Kerajaan Majapahit.
Jawab: Ditawari? Maksudnya agar dibeli? Anda mau membeli keris, atau
membeli cerita orang itu? Banyak orang yang mengatakan bahwa kerisnya
dulu pernah menjadi milik Patih Gajahmada. Yang pernah bilang pada saya
bahwa keris miliknya adalah keris Gajahmada, ada tujuh orang. Saya tidak
pernah membantah atau mendebat, karena orang itu sudah percaya betul
bahwa kerisnya itu adalah keris Gajahmada. Saya tidak dapat
membayangkan, bagaimana sikap mereka, kalau ketujuh orang itu pada suatu
waktu bertemu satu sama lain, dan saling memamerkan bahwa kerisnya
adalah keris Gajahmada.
Selain Gajahmada, masih banyak nama orang besar, tokoh sejarah, atau
tokoh legenda, yang namanya dikait-kaitkan dengan sebilah keris miliknya.
Pesan saya, kalau semua itu ada kaitannya dengan soal jual-beli atau
perjodohan keris, sebaiknya amatilah kerisnya, dan bukan mendengarkan
ceritanya. Sebab Anda kan mau membeli keris, bukan membeli dongeng!

Tanya: Lalu, bagaimana dengan adanya keris-keris yang katanya didapat
dengan cara "berburu keris secara ghaib"?
Jawab: Jawaban saya masih tetap sama, yaitu: Mau beli keris atau beli
dongeng? Kalau mau membeli keris, amati benar-benar keris yang akan Anda
beli itu, nilailah kondisi barangnya baik-baik. Jangan Anda terlalu terpikat pada
kata-kata dan cerita orang yang akan menjualnya. Kalau dari penilaian Anda
keris itu memang baik, dan harganya (mas kawin-nya) sesuai, ya bayar saja.
Yang penting, keris itu bukan barang curian. Mengenai apakah keris itu benarbenar
didapat dari "berburu keris secara ghaib", jangan terlalu dipedulikan.

Tanya: Tetapi kawan saya pernah ikut rombongan "berburu keris secara
ghaib" itu. Dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana keris itu
didapatkan secara ghaib. Sulit bagi saya untuk tidak mempercayainya.
Jawab: Saya tidak mengatakan supaya Anda jangan percaya akan adanya
"perburuan keris secara ghaib" itu. Yang saya katakan, kalau Anda mau
membeli sesuatu, apakah itu keris atau benda lain, perhatikan saja benda
yang akan Anda beli itu, dan jangan Anda membelinya karena Anda merasa
tertarik akan cerita yang mengiringinya. Rasanya sudah cukup sering saya
mengingatkan hal ini.

Tanya: Saya masih belum puas dengan jawaban Anda. Apakah Anda
bermaksud mengatakan agar saya tidak usah percaya pada cerita mengenai
"perburuan keris secara ghaib" itu?
Jawab: Anda boleh percaya! Cukup tegas dan jelas, bukan? Anda boleh
percaya pada cerita orang mengenai "perburuan keris secara ghaib" itu. Anda
juga boleh percaya pada firasat mimpi. Tetapi Anda sebaiknya tetap berhatihati.
Seandainya ada seseorang mau menjual sebuah sendok pada Anda, dan
Si Penjual mengatakan bahwa menurut petunjuk mimpinya sendok itu dulu
milik Napoleon Bonaparte, atau Marilyn Monroe, kalau Anda berniat
membelinya ya perhatikan sendoknya. Kalau sendok itu terbuat dari emas
bertatahkan permata, ya boleh Anda beli dengan harga mahal. Tetapi kalau
hanya terbuat dari alumunium, ya jangan mahal-mahal.

Tanya: Tegasnya, "perburuan keris secara ghaib" itu menang benar-benar
ada, dan bisa dilakukan orang?
Jawab: Ya!

Tanya: Tetapi mengapa kita masih harus berhati-hati kalau akan membeli
keris yang asalnya dari "perburuan keris secara ghaib"?
Jawab: Tentu saja harus berhati-hati. Karena seperti kata pepatah, dalam
lautan bisa diduga, hati orang siapa tahu? Di dunia ini banyak orang yang
berniat baik, tetapi ada juga yang bermaksud buruk. Tentang keris yang
asalnya dari "alam ghaib", saya pribadi belum pernah secara langsung
mendapatkannya. Namun dari sekian belas keris yang katanya didapat
dengan cara "perburuan keris secara ghaib", tidak satu pun yang saya nilai
istimewa. Ada satu dua yang berkualitas sedang, selebihnya tergolong keris
yang kurang bermutu. Bahkan ada yang cuma berupa keris-kerisan.
Sekali lagi, saya bukan menolak kemungkinan seseorang memperoleh keris
secara ghaib, baik melalui bantuan pawang, maupun dengan cara melakukan
tirakat sendiri. Bila Tuhan Yang Maha Pengasih menghendakinya, kenapa
tidak?
Di dunia ini, termasuk di Indonesia, cukup banyak orang-orang yang
menguasai ilmu (Jw: ngelmu) tinggi, tetapi menggunakannya secara keliru.
Dengan ilmunya itu ia dapat mengubah benda yang semula berwujud menjadi
tidak berwujud (dematerialisasi). Benda yang semula nyata diubah menjadi
ghaib. Benda yang telah berubah menjadi ghaib itu dapat "dikirim" ke perut
orang, dapat pula "ditanam" di suatu tempat, misalnya di dalam tanah, atau di
dalam ruas sebatang bambu.
Kemudian dengan disaksikan banyak orang, dengan ilmu yang dimilikinya
orang itu mengambil benda itu dengan lebih dahulu mengubahnya dari bentuk
ghaib ke bentuk nyata, berwujud. Orang yang menyaksikannya tentu akan
berdecak kagum melihat barang yang semua tidak terlihat lalu tiba-tiba
menjadi ada. Dan, memang benar, benda itu berasal "dari alam ghaib", karena
yang semula tidak tampak tiba-tiba menjadi ada.
Pendek kata, ilmu itu bermacam-macam. Dan sebagian di antara limu itu ada
yang dapat digunakan untuk mengelabuhi sesama manusia.
Saya kira pembicaraan mengenai "mengambil pusaka dari alam ghaib"
sampai sekian saja. Tidak enak rasanya membahas soal itu, karena saya
sendiri memang tidak pernah ikut secara langsung dalam perburuan pusaka
semacam itu.

Tanya: Baiklah. Saya akan menanyakan soal lain. Yaitu tentang pendapat
sebagian orang, bahwa keris yang satu dengan lainnya kadang kala harus
berpasangan. Laki-bini, kata orang. Dan katanya, kalau keris itu memang
pasangannya, tidak boleh dipisahkan. Benarkah itu?
Jawab: Betul! Saya sendiri juga sering mendengar tentang itu. Tetapi karena
saya berpendapat bahwa isi keris bukan arwah manusia, melainkan berkah
Tuhan, maka saya pribadi tidak bisa menerima pendapat bahwa keris itu ada
yang "lelaki" dan ada yang "perempuan". Namun tuah keris itu membawakan
suatu karakter, atau sifat-sifat tertentu. Karakter keris itulah yang bisa
dilambangkan sebagai "lelaki" atau "perempuan". Ada keris yang
penampilannya membawa sifat perlambang kegagahan, ketegasan, dan
kejantanan. Sedangkan sifat tuahnya untuk menambah ketegasan,
keberanian, dan sifat agresif. Keris semacam inilah yang membawa
perlambang "lelaki". Sebaliknya, ada keris yang berpenampilan luwes, lembut,
dan ayu. Sedangkan tuahnya membawakan sifat tenang, tenteram, harmonis,
simpatik, pandai mencari jalan keluar (rigen-bhs Jawa). Keris semacam inilah
yang membawakan perlambang sifat "perempuan".
Kalau kedua keris dengan dua sifat dan karakter yang berbeda, tetapi saling
melengkapi itu dimiliki oleh satu orang, keadaan itu mirip dengan
"mengawinkan" kedua keris itu. Masing-masing keris bisa dianggap sebagai
pasangan satu sama lain. Itulah pendapat saya.

Tanya: Tentang "isi" keris! Katanya isi keris itu ada yang "kuat" dan ada pula
yang "lemah". Benarkah itu? Dan, kalau benar, bagaimanakah cara mengukur
kekuatan isi keris itu? Selain itu tentunya Anda pernah mendengar istilah
tentang adanya "orang yang tidak kuat" ketempatan (atau memiliki) sebilah
keris. Coba jelaskan mengenai hal ini.
Jawab: Wah,rupanya pertanyaan Anda makin menjurus ke arah esoteri keris.
Baiklah! Tentang ini, ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kita hidup
di dunia ini dipengaruhi oleh getaran-getaran (vibrasi) tertentu. Bukan hanya
getar yang kemudian kita dengar sebagai suara atau kita lihat sebagai
cahaya, juga banyak jenis getar lainnya. Bahkan manusia sendiri selain
menerima getaran, sekaligus ia juga merupakan sumber getar. Demikian juga
jin, makhluk halus, arwah, dan semua ciptaan Tuhan. Mereka semua adalah
penerima sekaligus sumber getaran. Berkah Tuhan juga bisa dirasakan
sebagai suatu getaran. Demikian pula tuah atau isi keris.
Sekarang, coba kita bandingkan dengan radio. Dalam teknologi radio ada alat
pemancar radio, ada pula alat penerima siaran radio (reciever). Kekuatan
sebuah pemancar biasanya diukur dengan satuan Watt. Makin besar Wattnya,
makin luas radius siarannya. Sebaliknya, makin kecil Watt-nya, ya main
sempit radius siarannya.
Siaran dari pemancar radio yang kuat, bila diterima oleh pesawat radio
(penerima) yang peka, akan terdengar jernih dan jelas suaranya. Tetapi hasil
penerimaan siaran itu masih tergantung lagi pada cuaca saat itu, dan juga
pada kondisi antenannya. Pemancar yang baik, bila dierima oleh pesawat
radio (penerima) yang buruk dan antene yang jelek, pada saat cuaca sedang
buruk akan terdengar sebagai siaran yang buruk, penuh gangguan (distorsi),
dan lemah.
Sementara itu, seorang penggemar musik dangdut atau gambang kromong,
mungkin tidak menyukai musik jazz, walaupun siaran yang diperdengarkan
dari radio amat jelas dan bersih. Seorang penggemar lagu-lagu rock atau
heavymetal mungkin akan merasa sebel, kesal, bila mendengarkan siaran
radio karawitan Jawa, uyon-uyon, atau pangkur jenggleng. Padahal siaran
yang diterimanya bagus, suara radio itu jernih, tanpa distorsi.
Sekarang coba kita terapkan perbandingan ini pada dunia perkerisan.
Seseorang memiliki sebuah keris yang ampuh. Tuah keris itu kuat. Pendek
kata, kerisnya serba hebat. Tetapi kalau pemiliknya ada orang yang jauh dari
Tuhan, melanggar larangan-Nya dan tidak pernah mengerjakan perintah-Nya,
perlaku hidupnya ngawur, keris yang dimiliknya justru akan membuat
perasaannya selalu gundah, kesal, dan tidak tenteram.
Bahkan mungkin saja keris itu akan menjadi bumerang bagi dirinya. Karir atau
usahanya menjadi kacau, rumah tangganya berantakan, silang sengketa
selalu terjadi.
Memiliki benda yang mengandung berkah Tuhan, harus dibarengi dengan
tauhid, iman, dan kekuatan moral. Tingkat sipritual pemilik keris itu pun harus
seimbang dengan tingkat berkah atau tuah yang dimiliki keris itu. Dari situlah
timbul istilah tentang orang yang "tidak kuat" ketempatan sebilah keris.
Sekarang, soal "antene". Dalam dunia perkerisan, kejernihan pancaran getar
berkah juga ditentukan oleh kondisi pemeliharaan keris. Keris atau tombak
yang dirawat dengan baik, tidak berkarat, akan lebih kelas getarannya (oleh
orang-orang yang peka atau telah melatih kepekaannya). Kondisi perawatan
keris ini kira-kira sebanding dengan kondisi cuaca pada dunia radio.
Getaran ini juga akan lebih gampang dicari "frekuensi"-nya bilamana keris itu
berada dalam keadaan wangi. Wangi-wangian dalam dunia esoteri keris bisa
kita bandingkan dengan antene dalam dunia radio. Jadi, sebenarnya dalam
dunia perkerisan wangi-wangian itu pada awalnya bukan dimaksudkan
sebagai sesaji atau "memberi makan" (makhluk halus) penunggu keris,
melainkan sebagai sarana penghubung antara (isi) keris dengan pemiliknya.
Soal bagaimana caranya memberi wangi-wangian pada keris, banyak
macamnya. Tempo dulu sering dipakai bunga-bungaan, semisal melati,
kenanga, mawar, dan bunga lainnya. Kadang-kadang digunakan juga serbuk
kayu cendana atau kayu gaharu. Ada pula yang diasapi dengan asap
kemenyan. Tetapi sekarang sering dipakai cara yang lebih gampang, yakni
dengan melumasi permukaan bilah keris dengan minyak cendana, minyak
melati, menyak kenanga, atau minyak keris lainnya. Selain membuat keris itu
menjadi wangi, minyak juga berfungsi melindungi permukaan bilah keris dari
pengaruh kelembaban udara.

Tanya: Kalau wewangian memang hanya "sekedar" berfungsi sebagai antene,
tentunya yang terbaik adalah menggunakan minyak pewangi. Tetapi mengapa
masih banyak pemilik keris yang lebih suka menggunakan untaian bunga
melati, kenanga, atau mawar, daripada minyak? Dan, masih banyak juga
pecinta keris yang suka menggunakan kemenyan, hio, atau ratus untuk
mewangikan kerisnya?
Jawab: Perlakuan seseorang pada keris miliknya banyak dipengaruhi oleh
kebiasaan dalam keluarga orang itu. Kalau dulu ayah atau kakeknya suka
mengasapi kerisnya dengan asap kemenyan, biasanya hal itu juga akan
diperbuat anaknya.
Namun saya pribadi tidak menganjurkan penggunaan bunga segar dan asap
kemenyan atau hio untuk mewangikan keris, kecuali jika hal itu dianjurkan
oleh agama atau kepercayaannya.
Alasan saya praktis saja, yaitu: Bunga segar hanya memancarkan bau wangi
secara temporer. Setelah beberapa hari bunga itu akan kering, atau
membusuk. Kalau kering, itu bagus. Tetapi kalau membusuk, bunga busuk itu
justru akan mengundang kelembapan, yang berarti juga mengundang jamur,
dan pada akhirnya juga akan mengundang karat.
Keris yang sering diasapi dengan kemenyan, hio, atau ratus, akan pudar
kecemerlangan pola pamornya. Partikel-partikel kecil dari kemenyan, hio, atau
ratus akan menempel di permukaan bilah keris - justru akan mengundang
debu, kelembaban, dan karat.

Tanya: Rasanya keterangan Anda cukup jelas. Lalu, bagaimana cara
melumasi permukaan bilah keris dengan minyak pewangi, dan dimana kita
dapat memperoleh minyak itu?
Jawab: Minyak untuk melumasi keris lazimnya disebut minyak keris atau
minyak pusaka. Minyak keris biasanya dibuat dari campuran minyak cendana
(atau melati atau kenanga), dengan minyak kelapa, dengan perbandingan
1 : 6. Perbandingan ini relatif. Jika minyak cendananya kualitas baik, bisa
berbanding 1 : 10. Pada zaman dulu, campuran itu masih ditambah lagi
dengan minyak rase. Rase adalah sejenis musang pemakan buah-buahan.
Kini, sebagian pecinta keris tidak lagi menggunakan minyak kelapa sebagai
pengencer minyak cendana, melainkan minyak cendana, baby oil, atau
minyak Singer (minyak mesin jahit). Alasan penggunaan kedua minyak ini
adalah karena minyak kelapa gampang tengik. Sementara itu, yang masih
tetap menggunakan minyak kelapa, menambahinya dengan minyak sereh
atau minyak gandapura, yang gunanya menghambat proses ketengikan
minyak kelapa.

Tanya: Dari beberapa minyak pewangi yang Anda sebutkan, kok tidak ada
minyak misik. Padahal saya lihat banyak juga penggemar keris yang
menggunakan minyak misik untuk mewangikan bilah kerisnya. Anda tahu kan,
soal minyak misik?
Jawab: Minyak misik sengaja tidak saya sebut-sebut, karena minyak itu sama
sekali tidak baik jika digunakan sebagai campuran minyak keris. Minyak misik,
atau minyak amber, terlalu kental, dan jika kering akan meninggalkan kerak
atau lapisan hitam yang menutup permukaan bilah keris. Akibatnya, kerak itu
akan merusak keindahan pamornya. Seringkali, karat yang timbul tidak akan
terlihat, sehingga karat itu menggerogoti bilah - tanpa Si Pemilik tahu. Selain
itu, keris atau tombak yang diberi minyak misik, akan sukar dibersihkan, jika
kita akan mewarangi. Saya sama sekali tidak menganjurkan penggunaan
minyak misik itu.

Tanya: Di mana kita dapat memperoleh minyak-minyak itu?
Jawab: Minyak kenanga, melati, atau cendana bisa dibeli di toko-toko bahan
kimia.

Tanya: Sekarang saya ingin menanyakan soal lain. Benarkan isi atau tuah
keris dapat diambil oleh seseorang yang berilmu tinggi?
Jawab: Kalau yang dimaksudkan adalah keris buatan empu yang isinya
berkah Tuhan, maka terus terang saya tidak yakin kalau isi keris yang berupa
berkah Tuhan itu bisa diambil. Tetapi sebelum meneruskan pembicaraan
mengenai soal isi keris ini, sebaiknya saya jelaskan dulu bahwa isi keris itu
sesungguhnya memang bermacam-macam.
Tadi saja jelaskan tentang isi keris yang berasal dari berkah Tuhan. Selain
jenis yang itu, ada lagi dua jenis lainnya, yaitu keris yang "diisi" atau "terisi"
oleh makhluk halus sebangsa jin atau khadam, dan keris yang "diisi" dengan
ilmu "kanuragan" atau kesaktian.
Kedua jenis yang saya sebutkan terakhir ini sifatnya hanya "numpang" pada
bilah keris, jadi temporer saja. Tidak abadi. Isi keris semacam itulah yang bisa
diambil, dipindahkan, dan sering kali malahan bisa hilang dengan sendirinya.
Jin atau makhluk halus lainnya dapat "menempati" atau menjadi "penunggu"
keris, bilamana ia "diundang", bisa juga "datang sendiri" jika pemilik keris itu
memberikan perlakuan yang menyenangkan baginya, misalnya dengan selalu
memberikan sesaji pada kerisnya. Sedangkan daya yang didapat dari ilmu
kanuragan, bisa menular pada keris dengan cara penularan atau induksi. Cara
penularan atau cara induksi ini ada yang menyebutnya dengan istilah "ditiup"
atau "disuwuk" menurut istilah Jawa. Seseorang yang memiliki ilmu kanuragan
"meniup" atau menularkan daya dari ilmunya ke dalam keris atau tosan aji
lainnya.

Tanya: Wah, mulai seram juga, nih! Kalau demikian, keris yang isinya bisa
muncul dalam mimpi, itu tergolong keris yang berisi makhluk halus, ya. Dan,
keris-keris yang katanya harus diberi sesaji secara berkala, itu isinya juga jin!
Jawab: Dengan cara tertentu, pemilik memang bisa "bertemu" dengan isi
kerisnya. Biasanya "pertemuan" itu terjadi lewat mimpi atau dalam keadaan
setengah sadar. Namun yang dapat muncul dalam mimpi tidak hanya isi keris
yang berasal dari jin saja. Tuah keris yang berasal dari berkah Tuhan dan
yang berasal dari ilmu kanuragan juga dapat muncul dalam mimpi.
Sebaiknya Anda hilangkan dulu bayangan bahwa yang muncul dalam mimpi
itu benar-benar sesuatu makhluk. Bukan! Itu bukan makhluk, melainkan suatu
firasat atau penampakan yang membawakan perlambang tertentu. Yang
muncul dalam mimpi itu adalah perlambang dari perwatakan ini keris atau
tuahnya.
Kalau tuah keris itu baik untuk keprajuritan, biasanya yang akan muncul dalam
mimpi adalah sosok bayangan yang berpakaian prajurit (kuno), atau
seseorang pria yang menampilkan kesan tegas, keras, spontan, dan tidak
pandang bulu, atau seekor singa yang berada dalam keadaan siaga. Jika
yang muncul dalam mimpi itu sesosok bayangan wanita muda, ayu, luwes,
tenang menyenangkan, ramah dan sopan, itu tandanya keris itu mempunyai
tuah yang menyimpulkan karakter serupa dengan penampian wanita yang
muncul itu. Keris itu baik untuk membangun harmoni dan ketenteraman
keluarga dan rumah tangga. Yang muncul dalam mimpi juga bisa berujud
saudagar kaya, pendeta arif, orang tua yang bijak, dan lain sebagainya.
Pendek kata, semua perwujudan yang muncul dalam mimpi itu adalah
perlambang. Pemunculan atau penampakan serupa dengan yang disebutkan
tadi biasanya berasal dari keris yang berasal dari berkah Tuhan.
Kalau keris berisi jin atau makhluk halus lainnya, dalam mimpi umumnya
tampil sebagai makhluk yang menyeramkan, dan sulit disebutkan (diidentifikasikan)
makhluk apa itu.
Keris yang berisi daya induksi hasi penularan ilmu kanarugan, sering kali
bukan muncul dalam mimpi, melainkan lebih berupa gangguan tidur, karena
yang muncul dalam mimpi serba tidak jelas, tidak fokus.

Tanya: Bagaimana dengan keris yang pemunculannya berupa hewan,
semisal naga, singa, harimau, atau kera? Itu isi keris yang tergolong berkah,
jin, atau induksi?
Jawab: Berkah.

Tanya: Apa soal mimpi yang Anda jelaskan ini yang disebut orang dengan
istilah me-nayuh keris?
Jawab: Ya!

Tanya: Kembali pada soal keris yang katanya harus dicarikan pasangannya.
Tadi saya sebenarnya sudah cukup jelas dengan penjelasan Anda. Tetapi
saya lalu teringat akan kata orang yang menyebutkan keris "lelaki" dan keris
"perempuan". Dengan penjelasan Anda mengenai isi keris tadi, apakah yang
dimaksudkan dengan keris "lelaki" itu bukan keris yang isinya jin "lelaki" dan
jin "perempuan"?
Jawab: Logika Anda benar. Dan, jawaban saya adalah: Mungkin saja. Soal
keris-keris yang isinya makhluk halus dan atau yang isinya induksi, saya
memang tidak banyak banyak berpengalaman sehingga mungkin saya tidak
dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Selama ini saya lebih banyak
bergauldan mengurusi keris-keris buatan empu yang saya yakini berisi daya
atau isi berkah Tuhan.

Tanya: Baiklah! Pertanyaan saya selanjutnya akan lebih mengarah pada
keris-keris buatan empu yang diduga isinya berkah Tuhan. Tetapi sebelumnya
saya ingin mendapat penjelasan tentang bagaiamana caranya membedakan
sebuah keris yang buatan empu dengan yang bukan.
Jawab: Itu pertanyaan bagus! Salah satu tanda bahwa keris itu buatan
seorang empu adalah keindahan garap-nya (buatannya).
Empu sebenarnya adalah gelar bagi pengabdi seni yang sudah mencapai
tataran tinggi. Seorang seniman yang hasil karyanya luar biasa, lebih dari
rata-rata orang, mendapat anugerah gelar empu dari masyarakart, dan juga
dari keraton. Karena itu, gelar empu tidak hanya diberikan kepada para
pembuat keris saja. Gelar itu juga diberikan kepada ahli sastra, tari, karawitan,
bahkan juga kepada ahli bangunan atau arsitek, yang karya-karyanya
tergolong masterpiece.
Jadi,sebilah keris karya seorang empu tidak mungkin dibuat secara
serampangan, tidak mungkin merupakan keris yang asa jadi. Begitu indahnya
sehingga keindahan karyanya itu dapat menggetarkan hati orang-orang yang
peka rasa seninya. Itulah sebabnya, pada umumnya, orang-orang yang
memiliki tingkat selera seni yang tinggi akan lebih mudah menangkap (lebih
peka) terhadap getaran seni perlambang yang tersirat dalam penampilan
keindahan keris.
Kini, di zaman ini, semua pembuat keris lazimnya disebut empu. Ini salah
kaprah. Dalah, tetapi kesalahan itu sudah terlanjur memasyarakat, sehingga
dianggap benar.
Sejak lama, masyarakat pecinta keris di Yogyakarta dan Surakarta
menggolongkan keris-keris yang apik garapannya sebagai keris karya empu
keraton atau empu nglebet; maksudnya, empu di dalam lingkungan keraton,
atau empu yang terpakai bekerja di lingkungan keraton. Sedangkan keris yang
garapannya kurang rapi digolongkan sebagai karya empu njawi, atau empu
luar (keraton). Empu njawi juga disebut empu ndesa, atau empu ndusun.
Seorang empu ndusun yang keris garapannya makin lama makin baik, makin
lama makin indah, kemungkinan juga akan dipekerjakan untuk kepentingan
keraton. Dan, jika hasil karyanya ternyata memuaskan Sang Raja, bukan
mustahil ia kemudian diangkat menjadi empu keraton, dan mendapat gelar
empu secara resmi. Lalu karyanya disebut yasan nglebet, yang artinya buatan
dalam (keraton). Sedangkan sebelum masuk dalam lingkungan keraton,
karyanya disebut yasan njawi atau buatan luar (keraton).
Pada saat ia baru masuk ke dalam lingkungan keraton, maka empu keraton
yang lebih senior akan membimbingnya dengan berbagai pengetahuan
spiritual, doa-doa tertentu, mantera-mantera itu, sehingga dari segi esoterinya
karya empu, yang semula empu ndusun ini akan makin meningkat.
Jadi, cara yang paling mudah untuk menandai apakah sebilah keris buatan
seorang empu atau bukan, adalah dengan mengamati keindahan hasil
karyanya. Selain itu seorang empu keraton jarang sekali membiat keris
dengan bentuk (dhapur) yang aneh-aneh. Seabdainya ia membuat model
bentuk dhapur yang baru, dan model itu diterima baik oleh lingkan keraton,
maka bentuk dhapur baru itu akan dicatat dan diakui sebagai bentuk pakem.
Selain itu ada cara lain lagi untuk memastikan apakah sebuah keris tuahnya
tergolong berkah Tuhan, atau bukan. Namun cara yang lain ini lebih pelik
untuk diterangkan secara singkat.

Tanya: Apakah sampai kini masih ada empu yang aktif bekerja untuk keraton?
Jawab: Kalau yang Anda maksud ia bekerja penuh untuk kepentingan
keraton, sudah tidak ada lagi. Keraton masa kini sudah jauh berbeda dengan
keadaan seratus atau duaratus tahun yang lampau.
Dari empu-empu yang saya kenal, mereka lebih banyak hidup dari pembuatan
keris untuk melayani masyarakat di luar keraton. Pesanan keraton yang
terakhir, yang saya dengar, datang dari Keraton Kasultanan Yogyakarta,
sekitar empatbelas tahun yang lampau (1986 - zaman Sri Sultan
Hamengkubuwana IX)) Empu Djeno Harumbrodjo mendapat pesanan
membuat keris ber-dhapur Jalak Sangutumpeng. Pekerjaan itu sudah
diselesaikan dan sudah diserahkan kepada pihak keraton.

Tanya: Tadi Anda menyebut kata "dhapur". Sebelumnya saya juga pernah
mendengar kata itu. Tolong jelaskan apa yang dimaksudkan dengan kata
dhapur dalam dunia perkerisan.
Jawab: Dhapur adalah model bentuk bilah keris, bisa juga dibilang "type".
Kata dhapur di kalangan orang Jawa yang awam soal keris seringkali
digunakan untuk menyebut penampilan wajah. Selain bentuk bilah keris,
dalam dunia perkerisan, kata dhapur juga digunakan untuk membedakan
ragam bentuk warangka dan ukiran (hulu keris). Tetapi, pada lazimnya, jika
orang menyebutkan kata "dhapur", maka yang dimaksudkan adalah soal
ragam bentuk bilah keris.
Dalam dunia permobilan, Anda tentu mengenal bentuk mobil sedan, pick up,
truk, dan bus.

Tanya: Bagaimana pendapat Anda mengenai keris Empu Gandring? Kisah
tentang itu, bukan hanya didongengkan orang, tetapi juga masuk dalam buku.
sejarah, bukan?
Jawab: Seandainya apa yang disebut-sebut dalam "sejarah" (pakai tanda
kutip) itu benar, dan keris buatan Empu Gandring zaman Kerajaan Singosari
memang benar-benar telah membunuh tujuh orang korban, maka penjelasan
saya adalah: Keris buatan Empu Gandring telah diambil oleh pemesannya,
yaitu Ken Arok, sebelum keris itu selesai dibuat. Jadi doa, dan permohonan
yang seharusnya mengiringi pembuatan keris itu, belum rampung, belum
tuntas, tidak sempurna. Dan ini berarti, kalau cerita itu memang benar, bisa
diperkirakan keris buatan Empu Gandring itu belum mendapat berkah karunia
Tuhan. Karena itu masuk akal bila keris itu kemudian memakan banyak
korban.
Sebagai bandingan, coba bayangkan: Sebuah mobil dibuat atas pesanan
seseorang. Sebelum mobil itu rampung dibuat, sudah diambil oleh pemiliknya,
dan dikendarainya. Padahal rem mobil itu belum sempat dipasang. Akibatnya
mobil itu akan memakan korban banyak orang, karena tanpa rem.
Jadi, seandainya kejadiannya dulu sama seperti yang dikisahkan orang,
termasuk yang dikisahkan oleh "sejarah" itu, keris buatan Empu Gandring
tergolong keris yang mis-product, Keris itu belum sempuma, bukan tergolong
keris baik.

Tanya: Tapi bukankah dalam sejarah terbukti bahwa Ken Arok berhasil
memperoleh kekuasan tertinggi, menjadi raja, antara lain karena ia memiliki
keris buatan Empu Gandring itu?
Jawab: Betul! Dalam Pararaton disebutkan, Ken Arok kemudian memang
menjadi raja, mendirikan Kerajaan Singasari, dan bergelar Sri Rajasanegara.
Anda juga benar, keris buatan Empu Gandring punya andil dalam usaha Ken
Arok menapak jenjang kekuasaannya, karena dengan keris itu ia membunuh
Tunggul Ametung. Tetapi bukankah keris itu pula, yang menurut sejarah itu,
membunuh
Ken Arok sendiri. Dan juga membunuh anak tiri dan anak kandungnya. Kalau
ada orang yang mengatakan keris itu keris hebat, silakan! Tetapi saya tetap
berpendapat keris semacam itu keris buruk.
Lagi pula, Ken Arok muncul sebagai penguasa juga karena berbagai
usahanya, termasuk dengan cara fitnah dan menyebar intrik. Bukan sematamata
karena ia punya keris buatan Empu Gandring.

Tanya: Bagaimana tentang keris-keris yang katanya tidak boleh dicabut dari
warangkanya, sebab kalau dicabut, karanya tak bisa disarungkan kembali ke
dalam warangkanya, sebelum keris itu dilumuri dengan darah.
Jawab: Itu termasuk contoh, melebih-lebihkan kehebatan sebilah keris.

Tanya: Bagaimana pula tentang keris-keris yang katanya kalau malam hari
sering berbunyi berkelotak di dalam lemari?
Jawab: Cerita macam itu terlalu sering saya dengar. Sampai sekarang (1993)
saya pemah mengurusi, memandikan, merawat lebih dari 17 ribu keris.
Pernah pula selama lebih dari satu bulan saya tidur di rumah bersama lebih
dari 3.800 bilah keris. Tetapi saya tidak pernah mendapat pengalaman seperti
itu. Dan bila orang-orang yang menceritakan hal seperti itu saya tanya,
apakah ia mendengar dan menyaksikan sendiri peristiwa itu, maka jawabnya
selalu adalah: "Saya dengar dari kawan saya, atau paman saya, atau nenek
saya..."

Tanya: Bagaimana pendapat Anda tentang keris yang bisa berdiri sendiri,
atau keris yang dapat keluar sendiri dari sarungnya?
Jawab: Ya ajaib, bila benar begitu. Tetapi yamg pernah saksikan, ada kenalan
saya yang sanggup membuat berdiri sebuah pisau dapur. Dia bilang,
seandainya ia itu seorang pedagang keris, dan membuat keris dagangannya
berdiri sendiri, tentu bisa laku berjuta juta rupiah, walaupun nilai riil keris itu
mungkin hanya dua ratus ribu rupiah saja.

Tanya: Jelasnya, bagaimana pendapat Anda mengenai keris yang katanya
dapat berdiri sendiri itu?
Jawab: Jika seseorang sanggup membuat sebilah pisau dapur berdiri, yang
saya kagumi adalah orangnya. Bukan pisau dapur milik istri saya! Dan, kalau
sebilah keris bisa berdiri, saya kagum pada orang yang mempunyai ilmu
sehingga sanggup membuat keris itu berdiri. Soal kerisnya, akan saya nilai
berdasarkan keadaan keris itu sendiri. Kalau kerisnya memang bermutu, ya
saya nilai tinggi -- tapi kalau biasa-biasa saja, yang akan saya nilai menurut
ujudnya. Jadi penilaian saya bukan berdasarkan apakah keris itu bisa berdiri
sendiri atau tidak.

Tanya: Kalau begitu, keris itu berdiri karena "disuruh" oleh orang berilmu
tinggi, begitu?
Jawab: Boleh dibilang begitu. Sebab, seorang empu membuat keris sama
sekali tidak bertujuan agar keris buatannya bisa main sulap sendiri, bukan?

Tanya: Sekarang, apa pendapat Anda mengenai keris-keris yang didapat
dengan jalan tirakat, menyepi, atau berpuasa?
Jawab: Yang bisa didapat dengan cara tirakat, menyepi, atau bertapa, bukan
hanya sebilah keris thok. Apa pun akan bisa didapat dengan cara itu,
bilamana Tuhan menghendaki. Tentu saja, semua "laku" itu harus dibarengi
dengan doa permohonan yang benar-benar khusuk. Tetapi yang paling
penting, segalanya bisa terjadi bilamana Tuhan menghendakinya.
Sayang sampai kini saya belum pernah menyaksikan keris bermutu tinggi
yang didapatkan orang dengan cara seperti itu. Malahan, yang saya lihat
beberapa di antaranya justru keris yang meragukan, yang terlalu sederhana.
Beberapa di antaranya malah bukan berupa keris, tetapi semacam jimat.

Tanya: Apakah keris yang didapat dengan cara tirakat itu bisa kita beli,
seandainya ada yang mau menjual?
Jawab: Kenapa tidak`? Asal 'mas kawinnya' saling sepakat antara si Penjual
dan si Pembeli. Tetapi harus diingat, di samping ada barang asli biasanya
terdapat barang palsu. Begitu pula di samping keterangan yang benar, ada
juga dongeng yang dibuat-buat. Yang diakukan orang sebagai keris hasil
tirakat, mungkin saja sebenamya keris itu dibeli dari seseorang.

Tanya: Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa selain ada keris yang
asli, ada pula keris palsu?
Jawab: Saya tidak mengatakan persis seperti itu. Agar jelas sebaiknya saya
bandingkan saja persoalan itu dengan sebuah lukisan. Anda tahu, lukisan
Affandy, Nyoman Gunarsa, lukisan Rembrant, Pablo Picasso, Salvador Dali,
Renoir, Van Gogh, sangat tinggi nilainya. Seandainya Anda meniru lukisan itu,
lalu mengatakan kepada lukisan tiruan yang Anda buat itu buatan Anda yang
anda tiru dari lukisan Affandy, maka lukisan yang Anda buat itu biasanya
disebut plagiat. Anda akan disebut plagiator, bukan pemalsu. Sebab yang
Anda bubuhkan pada lukisan itu adalah tanda tangan Anda sendiri, bukan
tanda tangan (palsu) Affandy atau pelukis ternama lainnya. Tetapi kalau Anda
kemudian juga memalsukan tanda tangan seniman terkenal, maka Anda
adalah pemalsu sekaligus penipu.
Begitu pula kalau Anda sekarang membuat sebilah keris, lalu Anda katakan
bahwa keris itu buatan zaman Majapahit, itu baru pemalsuan. Atau lebih tepat
lagi, penipuan. Demikian juga, bilamana Anda tahu persis bahwa sebilah keris
buatan masa kini, kemudian Anda katakan bahwa keris itu Anda dapatkan
secara ghaib karena Anda tirakat, itu pun merupakan penipuan. Walaupun
mungkin motifnya bukan uang, melainkan hanya sekedar ingin
membangkitkan kekaguman orang lain pada diri Anda, tetap saja penipuan
namanya. Maaf, saya bicara terlalu blak-blakan.

Tanya: Jadi, penipuan dalam dunia perkerisan itu ada?
Jawab: Mengapa tidak? Dalam dunia keramik juga ada penipuan. Dalam
dunia lukisan, banyak. Dalam hampir seluruh dunia seni, selalu ada penipuan
dan pemalsuan.

Tanya: Lalu, bagaimana cara mencegah agar kita jangan menjadi korban
penipuan?
Jawab: Perdalamlah pengetahuan Anda dalam bidang keris. Bacalah bukubuku
tentang keris sebanyak-banyaknya. Hadirilah sarasehan- sarasehan
atau ceramah keris yang diadakan secara terbuka. Gunakan logika dalam
mendengar atau menerima keterangan orang lain mengenai keris. Juga,
dalam menerima jawaban-jawaban saya ini. Belum tentu semua jawaban yang
saya berikan itu benar. Tolong dikaji dulu, masuk akal ap a tidak. Korban
penipuan, biasanya memang disebabkan karena ia "kalah pintar"
dibandingkan dengan orang yang menipu.

Tanya: Apakah semua ilmu tentang keris itu harus masuk akal, harus bisa
diterima dengan logika?
Jawab: Jika Anda ingin mempelajari ilmu dan budaya keris, pertama-tama
memang sebaiknya menggunakan akal dan logika. Mulailah dari eksoterinya
dulu, baru setelah itu esoterinya. Jangan dibalik! Soalnya, ilmu eksoteri keris
lebih Iogis dan lebih masuk akal dibandingkan esoterinya. Kalau dibalik, Anda
akan lebih mudah menjadi sasaran penipuan.
Memang, soal esoteri keris -- pada beberapa bagian memang tidak bisa
dijelaskan dengan logika. Justru karena itulah selalu saya anjurkan untuk lebih
dulu memberi perhatian pada eksoterinya, baru setelah itu esoterinya.

Tanya: Bicara soal penipuan, dapatkah Anda menguraikan beberapa jenis
penipuan yang biasa terjadi?
Jawab: Kalau jenisnya, sebenarnya ya itu-itu saja, memberikan keterangan
dan data mengenai keris, yang tidak sesuai dengan kenyataan, secara
sengaja. Motifnya, untuk mencari keuntungan pribadi, baik keuntungan materi
maupun non materi. Tetapi kadar penipuan itulah yang amat beragam
macamnya. Ada penipuan yang ringan, ada yang berat.
Dan perlu diingat, penipuan itu secara tidak sengaja dapat menjadi penipuan
berantai. Pembuat keris, atau keris-kerisan, mengelabuhi pembeli pertama
yang kebetulan tidak faham mengenai budaya keris. Pembeli pertama, yang
sudah percaya benar akan keterangan yang didapatnya, ini nantinya akan ikut
menyampaikan keterangan yang tidak benar mengenai keris itu pada pembeli
kedua dan seterusnya, sampai akhirnya tiba pada orang yang mengerti.
Sampai di sini, barulah keterangan yang tidak benar itu dapat dikoreksi. Begitu
pula kalau seorang kakek menceritakan "kehebatan" kerisnya, yang
sebenarnya tidak pernah terjadi, pada anaknya. Si Anak percaya dan akan
meneruskan cerita ngawur itu pada si Cucu, yang kelak akan meneruskan
kengawurannya pada si Cicit, dan seterusnya. Padahal bagi sang Kakek,
pada awalnya cerita itu hanya bermotifkan agar anaknya kagum pada dirinya.
Tetapi baiknya kita hentikan dulu pembicaraan mengenai kebohongan dan
penipuan ini. Yang penting, kalau kita benar-benar faham mengenai keris dan
budayanya, kemungkinan untuk dibohongi atau ditipu, atau dikelabuhi orang
menjadi makin kecil. Apalagi bilamana kita tetap berusaha menggunakan
logika dalam menilai cerita yang didongengkan orang.

Tanya: Apakah semua cerita hebat mengenai keris itu seluruhnya merupakan
cerita ngawur?
Jawab: Tentu tidak. Tentu di antara cerita yang dibuat-buat, ada juga cerita
yang benar.

Tanya: Lalu bagaimana cara kita membedakan antara cerita yang ngawur dan
cerita yang benar?
Jawab: Memang tidak gampang. Bahkan sangat sulit dibedakan. Karena itu
saran saya: Jangan terlalu mendengar cerita orang. Penilaian Anda mengenai
mutu dan kualitas sebilah keris dan tosan aji lainnya, harus Anda tentukan
berdasarkan pengamatan Anda sendiri, dan bukan karena Anda mendengar
cerita orang mengenai keris itu.

Tanya: Bagaimana kalau yang menceritakan kehebatan keris itu adalah orang
tua atau kakek kita, atau orang yang kita percayai? Apa mungkin mereka itu
bohong?
Jawab: Sekali lagi, seperti saya terangkan tadi, sebuah kebohongan
terkadang tidak berdiri sendiri, melainkan terjadi karena suatu mata rantai.
Cobalah renungkan: Dulu, sekian puluh tahun yang lalu atau ratusan tahun
yang silam, nenek moyang kita membeli keris dari seseorang hanya karena
beliau terpikat oleh cerita hebat mengenai keampuhan sebilah keris. Padahal
cerita itu sebenamya sebuah kebohongan -- hanya agar keris itu laku terjual.
Waktu kemudian beliau mewariskan keris itu pada keturunannya, nenek
moyang kita juga mewariskan cerita itu. Begitu seterusnya, sampai kepada
orang tua kita, cerita bohong itu masih tetap saja menyertai keris itu, hingga
pada akhirnya juga diceritakan pada kita.
Dengan demikian, jelas bahwa kakek dan orang tua kita sama sekali bukan
bemiat membohongi kita. Mereka secara tidak sadar telah menjadi perantara
kebohongan yang terus menular secara turun menurun. Karena itu saya selalu
menyarankan, nilailah kerisnya, dan bukan cerita yang mengiringi keris itu,
meskipun cerita itu kita dengar dari bibir orang tua kita sendiri. Keris baik akan
tetap merupakan keris yang baik, walau keris itu tidak diiringi dengan cerita
hebat mengenai keampuhannya.

Tanya: Ada yang mengatakan, keris yang baik adalah keris yang indah, tua,
dan utuh. Benarkah itu?
Jawab: Benar! Tetapi belum sempurna. Bagi seorang pemula yang baru mulai
minat pada budaya keris, pedoman Indah, Tua, dan Utuh (disingkat ITU),
cukup baik. Tetapi dalam perjalanan pengalaman kelak, akan mulai disadari
bahwa yang disebut indah itu relatif. Indah bagi sesorang, mungkin akan
terasa kurang indah bagi orang lain. Soal ketuaan keris, itu pun ternyata dapat
juga dipalsukan. Ada keris yang tampaknya tua, belum tentu setua yang
diperlihatkan oleh penampilannya. Dalam dunia perkerisan ada teknik-teknik
tertentu yang bisa membuat keris muda tampak seperti sudah ratusan tahun
umurnya. Dan begitu juga soal utuhnya. Keris yang tampaknya untuk,
mungkin sebelumnya pernah menjadi keris rusak tetapi kemudian diperbaiki
atau ditempa ulang. Kemudian ada pula yang memberikan pedoman untuk,
memilih keris yang baik, yakni "Ngguhsiraptuh". Yaitu kalau kita hendak
memilih sebilah keris, pertama kali amati dulu, tangguhnya. Kemudian
periksalah jenis besinya, setelah itu mutu garapnya, dan terakhir keutuhannya.
Keris yang baik, haruslah: Tangguhnya jelas.
Besinya jenis yang baik. Garapnya apik, bukan cuma asal jadi. Dan terakhir,
keris itu utuh, bukan yang telah patah atau telah banyak ausnya. Mungkin soal
ini sama halnya jika kita hendak membeli mobil.
Mobil itu harus jelas merknya, bikinan mana. Besi dan bahannya harus baik,
bukan hanya pelat tipis yang dempulnya tebal. Buatannya baik, sekrupsekrupnya
tidak kendor. Dan terakhir mobil itu harus utuh, bukan yang sudah
copot ban atau bempernya.

Tanya: Tampaknya tidak gampang memilih keris yang baik, ya.
Jawab: Memang tidak mudah, walaupun sebenarnya juga tidak terlalu sulit.
Namun setidaknya, kalau punya bekal pengetahuan yang cukup, kita akan
bisa lebih mudah memilih. Tidak bingung. Dan yang penting, dalam
melakukan penilaian kita harus berusaha obyektif.

Tanya: Ada yang bilang, keris itu harus "jodoh" dengan pemiliknya. Kalau
tidak jodoh, katanya bisa berbahaya. Benarkah itu?
Jawab: Benar! Keris buatan seorang empu selalu disertai dengan doa dan
permohonan pada Tuhan YME. Ada yang berisi doa permohonan khusus --
sehingga keris itu mempunyai kegunaan yang khusus pula. contohnya, keris
yang dibuat khusus untuk kepentingan seorang prajurit, doanya lebih kurang
berisi permohonan agar pemilik keris itu kelak diberkahi sifat tegas, berani,
berwibawa besar, ditakuti orang, bisa bertindak cepat, tidak pandang bulu,
dan pantang menyerah. Keris ini jelas akan kurang cocok bila dimiliki oleh
seorang pendidik, ulama, atau pedagang. Keris yang dibuat untuk
membangkitkan sifat berani dan agresif dengan sendirinya kurang cocok bila
dimiliki oleh seseorang yang memang telah memiliki sifat berani, agresif dan
suka nekad. Lebih cocok bila keris itu dipunyai oleh seorang yang sifatnya
nrimo, kurang percaya diri, dan penakut.
Orang yang dilahirkan dengan sifat pembawaan agresif, kalau memiliki keris
yang tuahnya dibuat khusus untuk membangkitkan sifat agresif, tentu akan
membuat orang itu menjadi makin agresif, brangasan, dan suka nekad. Jelas
ini kurang baik. Yang beginilah yang disebut tidak jodoh.
Begitu pula, orang yang mempunyai sifat pembawaan kurang berambisi dan
terlalu nrimo, sebenarnya tidak cocok bila ia memiliki keris yang tuahnya
khusus untuk membuat orang jadi bersifat nrimo (menerima apa adanya,
kurang gairah, kurang ambisi untuk maju).

Tanya: Lalu, sampai seberapa jauh bahayanya memegang, menyimpan, atau
memiliki keris yang tidak jodoh itu?
Jawab: Kalau kerisnya masih tergolong keris baik, bahayanya tidak sebesar
yang ditakutkan kebanyakan orang. Tetapi kalau kerisnya memang tergolong
keris yang bertuah buruk, memang akan cukup merepotkan. Contoh yang
paling buruk adalah keris buatan Empu Gandring itu. Keris-keris yang
tergolong misproduct antara lain dapat membuat keluarga bahagia menjadi
berantakan, hilangnya harmoni dalam pergaulan, sering bersengketa dengan
kawan dan tetangga, sering mendapat musibah, sering kehilangan pekerjaan,
dan lain sebagainya.

Tanya: Lalu bagaimana dengan keris-keris warisan? Kalau hegitu keris yang
kita warisi dari orang tua dan nenek moyang kita belum tentu akan jodoh
dengan diri kita. Dan bahkan mungkin kita akan mendapat warisan keris yang
buruk atau mis-product.
Jawab: Soal jodoh dan tidak jodoh, kalangan ahli keris di Surakarta dan
Yogyakarta ada yang membuat pengggolongan sifat jodoh sebilah keris
menjadi dua golongan besar. Yakni keris yang "tidak memilih" dan keris yang
"memilih". Artinya, keris itu "memilih" majikannya.
Keris yang "tidak memilih" akan cocok bila dimiliki oleh siapa saja, karena
tuahnya, atau berkahnya, bersifat umum. Misalnya, keris yang tuah atau
berkahnya antara lain: agar pemiliknya mendapatkan ketentraman rumah
tangga, agar lancar karier pekerjaannya, agar selalu gampang rejekinya, dll.
Keris-keris semacam inilah yang pada umumnya diwariskan dari kakek ke
anak, ke cucu, cicit, dan seterusnya.
Tetapi keris yang "memilih", yakni keris yang tuah atau berkahnya bersifat
khusus, umpamanya agar pemiliknya memiliki sifat prajurit utama, atau
bersifat seperti seorang guru yang berwibawa dan disegani orang, dulu
biasanya hanya dimiliki oleh mereka yang faham mengenai esoteri keris. Dan
kalau keris itu akan diwariskan, cara mewariskannya juga tidak sembarangan.
Pewaris keris yang khusus itu benar-benar dipilihkan pewaris yang sesuai
agar keris itu tidakjatuh ke tangan orang yang tidak sesuai. Jadi tidak ngawur.

Tanya: Dari penjelasan Anda itu saya mendapat kesan bahwa tuah keris itu
dapat mengubah karakter manusia. Benarkah itu?
Jawab: Saya kira lebih tepat dikatakan memperbaiki karakter manusia. Bukan
mengubahnya. Sebaiknya saya ulang lebih jelas mengenai salah satu fungsi
dan kegunaan keris yang berkaitan dengan esoterinya. Pertama, adalah keriskeris
yang memberikan pengaruh positif terhadap pemiliknya, sehingga sang
pemilik bertambah wibawanya, tambah daya tariknya, tambah keluwesan
pergaulannya, tambah bijaksana, tambah keberaniannya, tambah sifat
bijaksananya, dll.
Kedua, keris yang berguna untuk menolak (menangkal) pengaruh negatif yang
tertuju pada pemiliknya. Antara lain keris semacam itu bermanfaat melindungi
pemiliknya dari sifat iri dan dengki orang lain, menolak guna-guna,
menghindari binatang buas dan binatang berbisa, menolak hama tanaman,
menolak wabah penyakit, menolak badai, menolak bahaya api, dan menolak
bahaya fisik. Ketiga, keris yang berguna untuk membantu pemiliknya
mencapai cita-cita tertentu, yang dalam bahasa Jawa disebut "gegayuhan".
Umpamanya, agar pemiliknya dikaruniai anak, agar tanamannya subur dan
berbuah, agar mendapat keuntungan dalam perdagangan, agar nasihat dan
petuahnya didengar orang, agar berhasil dalam mempelajari ilmu tertentu, dll.
Itu semua membuktikan bahwa nenek moyang kita sejak dulu sadar bahwa
sebagai manusia, dengan segala kelebihannya, juga mempunyai banyak
kekurangan. Dan kekurangan itu diusahakan ditutup atau dikurangi dengan
jalan memanfaatkan berkah yang terkandung di dalam sebuah keris.
Lebih kurang seperti kacamata yang dibuat orang untuk mengatasi kelemahan
penglihatan. Jika sesorang menderita rabun dekat, maka ia harus
mengenakan kacamata berlensa positif. Tetapi kalau ia menderita rabun jauh,
kaca mata yang dikenakannya harus berlensa negatif.

3 komentar:

  1. Macamana cerita keris yang hanya bisa dicabut dari sarungnya oleh keturunan tertentu sahaja?

    BalasHapus
  2. Macamana cerita keris yang hanya bisa dicabut dari sarungnya oleh keturunan tertentu sahaja?

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus