Rabu, 15 Juni 2011

PHILOSOFI DHAPUR BROJOL

Philosofi Nama Dapur BROJOL
Disadur dari Majalah PAMOR Edisi 08 – Tulisan Wawan Wilwatikta


Brojol Sebagai Simbol Kelahiran

Dalam masyarakat yang memandang keris dari sisi esoteri, seringkali dapur ini dikaitkan dengan tuahnya “memperlancar kelahiran jabang bayi". Sehingga mungkin banyak orang yang menganggap keris ini hanya cocok untuk mereka yang berprofesi sebagai dukun bayi.
Benar dan tidaknya mengenai tuah tersebut, hanya Tuhan yang mengetahui. Namun di sisi lain, dijumpai bahwa banyak masyarakat yang memperoleh pusaka warisan keluarga
berdapur Brojol, meskipun mereka bukan dari keturunan dukun bayi.
Dapur Brojol, sebagaimana dapur keris lainnya merupakan suatu karya yang mempunyai
muatan spiritual berupa ajaran-ajaran hidup. Secara terminology, brojol memang identik dan terkait dengan masalahi kelahiran. Brojol merupakan ungkapan peristiwa kelahiran jabang bayi ke dunia.. Keris berdapur brojol, sebagai simbol kelahiran bayi sebenarnya bukan pada proses kelahiran itu sendiri (mbrojol-lahir) yang akan disampaikan, akan tetapi ditujukan pada kesucian jabang bayi yang baru dilahirkan, yaitu fitrah manusia.

Ajaran-ajaran Jawa disampaikan penuh dengan pengetahuan esoterik yang merangsang
angan-angann dan perenungan. (Niels Mulder, 2001:129). Penafsiran yang dilakukan sangat tergantung wawasan dan pengalaman masing-masing pribadii yang sangat subjektif. Dalam budayal suatu ajaran yang dianggap penting jika disampaikan tanpa simbolisasi tentu menjadi tidak menarik dan juga kurang menyenangkan, karena disampaikan secara biasa-biasa saja (polos) dan tegas. Sebaliknya semakin tersembunyi (simbolik) dan semakin rumit maka akan semakin menarik dan makin mengembangkan pemikiran.

Fitrah Manusia

Fitrah manusia merupakan potensi dasar yang ada pada manusia untuk percaya adanya Tuhan dan selalu condong kepada kebenaran. Fitrah ini diciptakan dan bersumber dari Tuhan. Oleh karenanya, fitrah manusia mengarah kepada tujuan yang satu, kebenaran dan kesucian jiwa yang menjadikan manusia selalu kembali dekat kepada Penciptanya.
Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan
menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan
ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya,fitrah yang diajarkan agama.

Fitrah manusia itu pada dasarnya memiliki kecondongan membutuhkan adanya Tuhan Sang
Pencipta. Dengan kecenderungan fitrah inilah manusia - bagaimanapun ingkarnya dia - ketika ia dalam keadaan tak berdaya, maka tetap akan mengakui keberadaan dan kekuasaan Tuhan.

Inilah hakikat fitrah manusia.

Apabila mereka taat dan patuh pada perintah Tuhan, mereka akan selalu dekat dengan-Nya.

Apabila ia dekat dengan Tuhannya, ia akan selalu merasakan kehadiran Tuhan setiap saat. la akan merasa bahwa setiap perilakunya, gerak geriknya berada dalam pengawasan Tuhan. Jika fitrah manusia telah kembali dan terjaga, timbullah sifat Ihsan dalam dirinya; serasa ia berada dalam perhatian Tuhan, sehingga menjadikannya tertib dan berhati-hati dalam setiap sikap dan perbuatan. Prinsip kebaikan ini diakui oleh seluruh umat manusia, sedangkan perilaku yang tidak baik akan Senantiasa mengantarkan manusia menuju kehinaan dan kesengsaraan.
Ironisnya, banyak di antara kita yang melupakan fitrah insaniyah (kemanusiaan) kita.
Sebagian besar kita justru dipengaruhi, bahkan dikuasai oleh nafsu. Kita sering menjadikan nafsu sebagai illah (Tuhan) dalam kehidupan ini. Padahal dalam ajaran agama Tuhan secara tegas mengecam para budak 'nafsu'. tidak lain seperti halnya binatang yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Betapa nista dan hinanya sebutan padanan yang diberikan Tuhan kepada para pemuja nafsu. Mereka diibaratkan seperti binatang, bahkan jauh lebih hina dari binatang.

Inilah saat ketika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya. Manusia diciptakan sebagai mahluk paling sempurna, karena dikaruniai akal. Akal akan menuntun manusia untuk menentukan derajatnya, apakah di bawah binatang atau bahkan di atas malaikat.
Dalam pandangan jawa ada dua macam nafsu yang sangat menghalangi nilai kemanusiaan,
yaitu: hawa nepsu (nafsu-nafsu) dan Pamrih ( Egoisme). Tak perlu disebutkan disini
bermacam nafsu, namun secara umum ada idiom yang di sebut Ma Lima, yaitu: Madat
(nyandu obat terlarang), Madon (main perempuan. selingkuh, seks bebas), Minum (Mabuk),Maling (mencuri, menipu, korupsi), Main (judi).

Hawa Nepsu yang tidak baik, merupakan perasaan dan tindakan kasar yang melemahkan
control diri manusia sehingga dapat melemahkan kekuatan batin. Orang yang dikuasai nafsu menunjukkan bahwa akal budi belum menduduki pengendalian iiwanya. Manusia semacam itu tidak lagi mengembangkan segi-segi halusnya (perasaan) dan kerbanyakan akan menimbulkan konflik dan pertentangan, baik dalam keluarga maupun dalam dalam
lingkungannya dan masyarakat.

Halangan yang kedua yaitu Pamrih (egoisme). Bertindak oleh karena pamrih berarti hanya mementingkan kepentingannya sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang lain bahkan seringkali merugikan orang lain. Pamrih merupakan sikap yang memperlemah manusia dari dalam. Pamrih terutama terkait dengan tiga nafsu, yaitu : Nepsu menange dewe (menganggap dirinya paling berkuasa), Nepsu benere dewe (menganggap dirinya yang paling benar), dan Nepsu butuhe dewe (hanya memperhatikan kebutuhan diri sendiri).

Dua macam nafsu tersebut menjadi halangan manusia mencapai Fitrah yang telah diberikan oleh Tuhan. Banyak keinginan manusia diluar kebutuhannya. Manusia yang telah dikuasai oleh nafus selalu berusaha untuk memenuhi segala keingannnya tanpa batas, meskipun ditempuh dengan cara-cara yang merendahkan derajat/martabatnya (suap, korupsi, menipu orang lain, mencuri dan sebagainya).

Hasil tersebut dapat memenuhi keinginan manusia untuk memperoleh uang dan harta yang
melimpah, rumah mewah, mobil berkilap, sandangan serba bergengsi, gaya hidup
hedonisme/konsumtif dan sebagainya. Meskipun hal tersebut dapat diperoleh, akan tetapi dari lubuk hari yang paling dalam, ada perasaan tidak tenteram, merasa berdosa, itulah fitrah yang diberikan Tuhan pada manusia.

Bagi manusia yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia tidak mau
merendahkan derajatnya, ia bahkan akan selalu berusaha untuk mempertahankan fitrah
kemanusiaannya. Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas
kemanusiaannya. Tetapi bagi mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh dekapan nafsu, la akan terlena dan terbuai, tidak mempedulikan lagi fitrah kemanusiaannya yang suci. la akan terlelap dalam bisikan nafsu, sampai akhirnya maut dating menjemputnya.

Untuk mengendalikan nafsu-nafsu dapat dilakukan dengan cara laku tapa dengan sedikit
mengurangi makan, tidur, menguasai diri dibidang seksual dan lain sebagainya. Ajaran Jawa mengatakan "Cegah Dhahar lan Guling", sebagaimana dalam Serat Wulangreh tembang Durma:
"Dipun sami ambanting sariranira, cegah dhahar lan guling, darapon suda, nepsu kang
ngambra-ambra, rerema ing tyasireki, dadi sabarang karsanira lestari”
(artinya: Lakukanlah prihatin, janganlali terlalu banyak makan dan terlalu banyak tidur, agar nafsu yang menyala-nyala dapat berkurang dan hati menjadi tenteram. Akhirnya segala sesuatu yang hendak dicapai akan terlaksana).
Sesuai dengan hal tersebut, bagi orang Jawa laku tapa bukanlah meniadakan sama sekali dorongan biologis akan tetapi sekedar mengaturnya. Hal tersebut tentu dapat dicapai dengan membiasakan diri atau latihan dari sedikit. Taat terhadap perintah Tuhan dan selalu menjalankan apa yang telah diajarkan dalam agama juga merupakan suatu laku tapa,sehingga dengan laku tapa demikian, diharapkan akan mendekatkan diri kepada Tuhannya dan diharapkan manusia selalu pada fitrahnya.

Pijetan menunjukkan kelapangan hati, Gandik polos menunjukkan ketabahan
Dapur Brojol mempunyai ricikan Pijetan yang merupakan symbol dari kelapangan hati.
Gandik polos merupakan symbol ketabahan dalam menjalani hidup. Kelapangan hati
terhadap sesuatu yang diperoleh, khususnya terhadap keadaan yang tidak menyenangkan hati.

Fitrah manusia itu pada dasarnya memiliki kecondongan percaya pada kekuasaan dan takdir Tuhan. Takdir bagi orang Jawa disebut dengan istilah "pepesthen". Pepesthen mempunyai arti segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari takdir Tuhan.

Ada ajaran Jawa yang mengatakan "Ora ana kasekten sing madhani pepesthen, awit
pepesthen iku wis ora ana sing bias murungake”. Artinya tiada kesaktian yang mempunyai kepastian sebagimana yang dimiliki Tuhan, karenanya tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian dari Tuhan. Oleh karena itu, dalam paham ajaran Jawa selalu beranggapan bahwa abang birune urip (merah birunya hidup) tergantung dari takdir Tuhan. Peristiwa kehidupan di dunia yang menyangkut begja cilaka, bungah susah, sugih mlarat ('keselamatan-bencana, sengsara-kesenangan, kekayaan-kemiskinan) dan sebagainya sudah merupakan pepesthen.

Atas dasar itu, orang Jawa menyikapi pandangan hidup dengan mung saderma nglakoni
(sekedar menjalankan) apa yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Dapat dikatakan bahwa ajaran Jawa percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada manusia merupakan kepastian dari Tuhan. Karena merupakan kepastian dari Tuhan maka segala yang telah terjadi justru harus disyukuri, diambil hikmahnya dan harus diterima dengan ikhlas dan Sumeleh (dengan hati yang lapang). Takdir yang terjadi tidak bisa diubah oleh manusia,maka manusia hanya Sumarah (pasrah dan tabah) pada kehendak Tuhan. Sumarah dan sumeleh menunjukkan kestabilan jiwa seseorang dalam menjalani hidup.

Namun demikian, seriap orang wajib berikhtiar dan berusaha semampunya (wiradat). Hal
tersebut menggambarkan bahwa hidup ini perlu dijalani sewajarnya, ora ngoyo atau
memaksakan diri diluar batas kemampuannya. Orang yang ngoyo, cenderung untuk berbuat
dan berperilaku tidak baik, yang justru menjauhkan dirinya dari pencapaian fitrahnya sebagai manusia.

Brojol Merupakan Ajaran Hidup Menuju Fitrah Manusia

Dapur Brojol yang sederhana merupakan suatu symbol mengenai ajaran hidup bagaimana
seseorang untuk menjaga fitrah yang telah diberikan oleh Tuhan. Meskipun bentuknya
sederhana, dapur ini sarat dengan ajaran hidup yang sangat dalam. Meskipun fidak mudah untuk mencapainya, namun paling tidak ajaran ini mengingatkan manusia. Seorang yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia tidak mau merendahkan derajatnya, ia bahkan akan selalu berusaha untuk mempertahankan fitrah kemanusiaannya. Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiaannya.

Nafsu- nafsu duniawi yang menghalangi pencapaian fitrah, dikendalikan dengan tapa laku dan memahami takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena hidup ini tidak lepas dari kepastian dari Tuhan maka segala yang telah tercapai harus disyukuri, diambil hikmahnya dan harus diterima dengan ikhlas dengan Sumeleh (dengan hati yang lapang) dan Sumarah (tabah dan pasrah). Sumarah dan sumeleh menunjukkan kestabilan jiwa seseorang dalam menjalani hidup. Namun demikian, orang harus wajib berikhtiar, harus berusaha semampunya (wiradat). Namun usaha tersebut perlu dijalani sewajarnya, ora ngoyo atau memaksakan diri diluar batas kemampuannya, melanggar ajaran agama dan merugikan orang lain. Orang yang hidup ngoyo dan neko-neko (bertingkah), cenderung untuk berbuat dan berperilaku tidak baik, yang justru menjauhkan dirinya dari pencapaian fitrahnya sebagai manusia.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus